[vc_row css_animation=”” row_type=”row” use_row_as_full_screen_section=”no” type=”full_width” angled_section=”no” text_align=”left” background_image_as_pattern=”without_pattern” z_index=”” padding_top=”50″ padding_bottom=”50″][vc_column][vc_row_inner row_type=”row” type=”full_width” text_align=”left” css_animation=””][vc_column_inner][vc_single_image image=”525″ img_size=”full” alignment=”center” qode_css_animation=””][vc_empty_space height=”25px”][/vc_column_inner][/vc_row_inner][vc_row_inner row_type=”row” type=”full_width” text_align=”left” css_animation=””][vc_column_inner][vc_column_text]Studi Literasi Membaca IEA melaporkan rendahnya kemampuan siswa sekolah dasar di Indonesia. Dari 31 negara, Indonesia menempati urutan ke-30. Kondisi ini, asalkan tidak ada intervensi, dapat menimbulkan kesulitan bagi siswa dalam beradaptasi dengan kegiatan pembelajaran di sekolah formal maupun bagi guru untuk mengembangkan kemampuan lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan stimulus yang lebih terarah dari orang tua. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya kemampuan literasi pada anak didik adalah metodologi pengajaran yang mengabaikan karakteristik anak. Metode pengajaran konvensional, seperti meminta siswa menghafal huruf di papan tulis dan mengulang setelah guru masih sangat umum di kalangan PAUD (Ruhaena, 2013)

1. Semua pihak, perlu mempertimbangkan faktor-faktor tersebut. Orang tua, khususnya, Orang tua, khususnya, perlu memperkenalkan program literasi yang menarik sedini mungkin. Pengalaman literasi anak pada usia prasekolah diyakini akan menjadi fondasi yang kuat bagi perkembangan membaca mereka (Levy, Gong Hessel, 2005)

2. Landasan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa muda terhadap keaksaraan dikenal sebagai keaksaraan awal(Whitehurst Lonigan, 2001)

3. Pendidikan bagi anak harus menyenangkan karena pembelajaran yang tidak menggunakan metode atau media bermain tidak secara maksimal mengoptimalkan fungsi psikologis, fisik, dan sensorik peserta didik yang berkembang pesat. Anak membutuhkan kesempatan untuk bereksplorasi, bergerak, dan memenuhi kebutuhannya untuk bermain. Menurut Vygotsky (1978)

4. anak aktif mengembangkan pengetahuan dan fokus pada pentingnya interaksi sosial budaya untuk perkembangan kognitif mereka. Perkembangan kognitif anak dipengaruhi oleh pola interaksi orang terdekat yang berinteraksi dengan mereka, bagaimana orang tua memberikan stimulus literasi kepada anaknya.

Bagi anak-anak, rumah adalah sekolah pertama dengan orang tua sebagai guru dan membaca sebagai pelajaran pertama mereka. Dengan adanya stimulus awal, anak akan lebih mudah menguasai keterampilan literasi berikut. Untuk itu diperlukan kegiatan yang terstruktur dalam program stimulus literasi yang konsisten, terarah, dan tepat di rumah. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa stimulus yang diberikan kepada anak haruslah sesuai dengan karakteristiknya yaitu berorientasi pada aktivitas yang menyenangkan.

Metode dan media yang digunakan merupakan faktor penting dalam menciptakan kegiatan literasi yang menyenangkan. Memenuhi kebutuhan alat literasi berkualitas tinggi, PT. Pinnacle Alfa Edukasi, dengan tagline Your Number One Partner in Education, melalui perangkat literasi yang dimiliki secara eksklusif untuk Indonesia, berkeinginan untuk berpartisipasi aktif dalam mendidik anak-anak Indonesia melalui program membaca: Majalah Highlights Digital Literacy dan Highlights.[/vc_column_text][/vc_column_inner][/vc_row_inner][/vc_column][/vc_row]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.